Rabu, 11 Februari 2015

Tips Menulis Cerpen


Tips Menulis Cerpen
Kadang para pemula itu malas untuk menulis dikarenakan sulitnya merangkai setiap kata yang ada dipikirannya. Juga ide yang tiba-tiba muncul dan tenggelam begitu saja. Disini saya akan seditik berbagi tips menulis cerpen bagi pemula.(referensi dari http://bahasa.kompasiana.com/2013/02/13/delapan-langkah-menulis-cerpen-untuk-pemula-533368.html)
1. Menangkap ide
Langkah awal agar bisa menulis sebuah cerita adalah memiliki ide cerita. Ide cerita tidak harus yang rumit-rumit. Kejadian sehari-hari yang dilihat atau dialami bisa menjadi ide cerita. Ide ini dapat juga dijadikan judul cerita. Misalnya melihat seorang gadis sedang menyapu halaman. Itu bisa menjadi ide cerita sekaligus dapat dijadikan judul, “Gadis Penyapu Halaman”. Kalau judulnya dirasa kurang pas, bisa diganti dengan judul yang lain.

Rabu, 04 Februari 2015

Cerpen Remaja

12 RASA 12 DERITA

Teng...teng...teng...
Mendengar bel pulang Marsha adalah orang pertama yang keluar kelas bahkan sebelum Bu Nina mengakhiri pelajarannya.
“ Marsha mau kemana kamu? saya belum menutup pelajaran,” tanya Bu Nina.
“ Iya Bu maaf, soalnya saya buru-buru nenek saya sekarang koma,” jawab Marsha dengan tampang melas.
Rara sahabat Marsha dari SMP hanya bisa bengong ditempat duduknya mendengar perkataan Marsha ‘bukannya nenek Marsha udah meninggal?’ batin Rara.
“ Oh gitu ya, ya udah kamu boleh pulang semoga nenek kamu cepet sembuh ya?”
Marsha memang sangat cerdik dan cekatan. Walaupun masih 5 bulan dia sekolah di SMA Perdana tapi dia sudah mengenal seluk beluk SMA tersebut dengan sangat baik. Dan dia juga tahu kalau Bu Nina adalah guru yang paling mellow. Jadi kalau pengen bolos terus kepergok sama guru satu ini kita tinggal kasih alasan yang paling mengharukan. Beres deh semua urusan.

Cerpen Sosial

Rumah Malaikat Kecilku

“Ayah, ini bagaimana caranya?” tanya anak berusia 5 tahun yang bernama Eka sambil menunjuk soal yang dimaksud. Belum sempat sang ayah menjawab pertanyaan tersebut tiba-tiba terdengar teriakan lain.
“Ayah,Ayah, lima dikurangi tiga berapa?” kali ini Ima yang bertanya.
Dengan sabar sang Ayah menjawab satu per satu pertanyaan malaikat-malaikat kecil itu. Ketika ia menjawab pertanyaan tiba-tiba terdengar suara tangisan, jeritan, gaduh, serta suara lain yang anehnya tak pernah membuatnya marah, justru hal itulah yang membuat ia semakin jatuh cinta pada mereka.
Seperti itulah keadaan pondok pintar setiap harinya. Sejatinya malaikat-malaikat kecil itu bukanlah anak kandung Pak Dian melainkan anak asuh. Kepedulian sosialnya sangatlah tinggi. Ia beserta saudaranya mendirikan pondok pintar yang dikhususkan untuk anak jalanan dan kurang mampu. Menyaksikan keceriaan anak-anak itu tiba-tiba ingatan Pak Dian melayang ke 40 tahun silam.

Cerpen Remaja

Carried My Heart

Cuaca hari ini sangat cerah, matahari bersinar begitu terang memberikan kehangatan untuk semua insan di dunia, dan kehangatan itu semakin menambah semangatku. Hari ini aku berangkat sekolah dengan status yang berbeda. Kenalin aku Bulan, remaja dengan segudang bakat. Tinggi, putih, rambut lurus sebahu, dan ini adalah bagian yang paling aku suka yaitu mata. Kata orang mataku cantik, kata orang mataku mampu meyakinkan orang lain saat aku memaparkan gagasan, kata orang mataku mampu menggoyahkan pendirian, dan masih banyak mampu-mampu yang lain. Aku juga tergabung dalam ekstra beladiri di sekolahku, prestasi terakhir yang aku raih yaitu juara satu beladiri tingkat nasional, juara satu menulis cerpen tingkat provinsi , juara dua piano klasik tingkat nasional dan aku juga merupakan salah satu duta pariwisata dikotaku.

Cerpen Remaja

The Journey of My Love

Aku masih ingat ketika kita berkenalan. Caramu memandangku membuat hatiku berdesir, semua kata-kata yang keluar dari mulutmu begitu manis, dan ketika kau mengajukan pertanyaan itu jadilah aku tak bisa tidur semalaman untuk memikirkan jawabannya. Bayangin saja aku baru mengenalmu satu bulan lamanya dan kau berhasil memikat hatiku dengan penampilanmu. Salahkah aku jika hanya bisa memandangmu dari penampilan saja? Kalau melihat kondisiku juga hubungan kita nampaknya jawaban yang tepat adalah,ya. Suara gemercik air selalu berhasil menenangkan hatiku. Ya, disinilah aku sekarang. Ditempat kita saling berbagi tawa, suka dan duka. Semua masih tersimpan dengan baik di memory ku dan sungai inilah yang menjadi saksi bisu cinta kita.
“Ghea!!!” suara teriakan seseorang membuyarkan lamunanku, ku palingkan wajahku dan kudapati Cila sedang berjalan kearahku sambil mengatur nafasnya.
“Astaga, gue nyari lo kemana-mana ternyata lo disini. Kenapa sih lo nggak bawa hp, bikin orang kesel aja” Cila duduk disebelahku. Cila adalah sahabatku sejak aku menjadi siswa di SMP Melati, walaupun kami baru bersahabat tapi kami sudah memahami karakter masing-masing.
“Iya, iya maaf” jawabku lesu.
“Haaah, syukur deh lo masih hidup gue kira lo frustasi gara-gara putus sama Reno terus lo bunuh diri“ ucap Cila dengan wajah innocent.
Aku tidak menghiraukan Cila. Pikiranku masih kacau, ini semua gara-gara Reno dia adalah mantan pacarku. Satu setengah tahun aku berpacaran dengannya dan baru kemarin kita putus. Kadang aku menyesali perasaanku padanya, jujur aku masih sangat menyayangi Reno tapi akhir-akhir ini dia banyak berubah, kasar, cuek,sering mengingkari janji dan tidak perhatian lagi padaku. Bahkan sampai sekarang aku masih mencari tahu penyebab Reno berubah, entah mengapa ada yang ganjil dari perubahan sikapnya.
“Ghe?“ panggilan Cila membuyarkan lamunanku.
“La,gue nggak bisa kayak gini. Lo harus bantu gue cari informasi tentang keluarga Reno“ ucapku.
“Maksudnya? Kenapa yang lo cari informasi tentang keluarganya?“ Cila memiringkan wajahnya menatapku.
“Gue juga nggak tahu. Lo mau kan bantu gue?“ jawabku.
“Iya, apa sih yang nggak buat sohib gue ini“
Hari sudah sore aku dan Cila kembali kerumah. Kuambil hp dan kuceritakan semua masalahku pada Rika, dia adalah teman Reno satu kelas jadi akan lebih mudah jika meminta bantuan padanya untuk mengumpulkan informasi tentang Reno. Beberapa hari setelah itu Rika mengirimiku SMS dan mengatakan kalau ada adik kelas yang sedang dekat dengan Reno, Rika juga memberiku nomor hp cewek itu. Segera saja aku menelfon nomor itu. Ternyata benar dia menyukai Reno tapi mereka tidak pernah pacaran, namanya May. Justru setelah mengetahui masalahku dia menawarkan diri untuk membantuku mencari tahu tentang Reno. Keesokan harinya  May memberikan informasi yang berhasil membuatku tidak bisa fokus kepelajaran.

Cerpen Remaja


Cinta Merpati

“Marco!!” terdengar suara mama membangunkanku. Tapi aku tidak gentar, sekalipun suara mama bisa terdengar sampai ke ujung jalan kompleks rumahku. Mama memang benci sama kebiasaanku yang satu ini. Susah bangun. Ya, kenalin namaku Marco tanpa nama belakang singkat, padat,jelas, dan ‘penuh makna’ katanya. Aku baru lulus SD tahun kemarin dan sekarang aku sudah resmi menjadi anak SMP. Aku suka dengan duniaku saat ini, dunia remaja yang penuh fantasi, lebih tepatnya fantasi asmara. Sekolahku termasuk salah satu sekolah favorit dikotaku, dan aku aktif ikut pramuka disana.
“Marco!ayo cepat bangun!” ternyata mama sudah masuk ke kamarku dan menarik selimutku supaya aku cepat bangun.
“Aduh ma, ini kan hari minggu biarlah anakmu ini bangun agak siangan dikit,” erangku.
“Nggak bisa pokoknya kamu harus bangun. Tuh..kamu nggak malu sama Binar, dia udah nungguin kamu dari tadi”. Mendengar nama itu aku langsung bangun. Aku baru ingat kalau hari ini ada jadwal renang.
“Astaga, aku lupa hari ini kan jadwal aku renang ma, ya udah aku mandi dulu mama tolong bilangin ke Binar dulu ya” aku mendorong mamaku lembut supaya cepat keluar.
            10 menit kemudian aku turun.

Rabu, 28 Januari 2015

Cerpen Remaja

Sajadah yang Tertukar

            Sudah sejak 3 jam yang lalu aku duduk termenung di gazebo belakang rumah. Gara-gara kepikiran sama masalah di sekolah tadi, semua jadwalku jadi berantakan. Kursus kimia yang biasanya selalu aku tunggu-tunggu tadi jadi terasa hambar. Itu semua gara-gara si biang kerok Anita yang nyebarin gosip di sekolah kalau aku pacaran sama cowoknya Dina yang notabene adalah sahabatku sendiri. Ya jelaslah Dina langsung marah padaku, pasti sekarang dia berfikir kalau aku ini pengkhianat.’Allahu Akbar... Allahu Akbar....’ suara adzan membuyarkan lamunanku. Aku segera ambil air wudhu dan menuju ke masjid. Bagiku masjid adalah tempat yang bisa menyejukkan hati,disana aku bisa mengadu kepada Allah tentang semua masalahku dan minta petunjukNya. Pokoknya kalau sudah menginjakkan kaki di masjid rasanya sulit untuk dijelaskan. Saat aku menuju pintu masuk untuk perempuan tiba-tiba ada seorang nenek yang jatuh,reflek aku lempar sajadahku di lantai dan berlari untuk menolong nenek itu. Dan tidak disangka ada laki-laki yang juga ikut menolong  nenek itu. Kami berdua membantu nenek untuk berdiri.
“Nenek nggak papa kan?”tanya kami berdua hampir bersamaan.
“Iya nak nenek nggak papa, makasih ya. Kalian kok kompak banget?kayaknya cocok” goda sang nenek.
“Nenek bisa saja, itu kan Cuma kebetulan. Ayo kita masuk nek”jawabku salah tingakah.
Aku segera mengambil sajadah yang tadi kulempar begitu saja. Setelah sampai disana aku bingung ‘loh kok sajadahnya ada dua, sama persis lagi. Trus punyaku yang mana?’tanyaku dalam hati. Dan kebingunganku semakin bertambah ketika laki-laki tadi mendekat kearahku. ‘Aduh apa aku tadi berbuat salah ya sama dia?’batinku.
“Permisi mbak saya mau ngambil sajadah. Eh..kok sama, sajadah mbak yang mana?”
“Em...yang ini”aku menunujuk salah satu sajadah yang aku sendiri tidak yakin kalau itu sajadahku, lalu aku segera berlalu.
            Jam menunjukkan pukul 21.20 WIB tapi aku masih belum bisa tidur. Masalah di sekolah tadi benar- benar menyita waktuku. Pokoknya besok aku harus menjelaskan semuanya sama Dina, tekadku dalam hati. Lalu aku mencoba untuk memejamkan mata, tapi malah kebayang sama laki-laki tadi. Reflek aku bangun dan mengambil sajadah tadi. Ada keganjalan dihatiku, rasanya aku familiar sama parfum ini tapi aku kan nggak punya parfum seperti ini. Lantas milik siapa? Aku mencoba mengingat,dan....
“Astaghfirllah ini pasti tertukar sama milik dia. Aduh bagaimana ini, gimana kalau dia besok nggak kemasjid?trus aku giamna ngebalikinnya?”berbagai pertanyaan menyerbu otakku.
“Semoga besok dia datang”. Aku terlelap pukul 01.00 WIB.
            Pagi ini aku merasakan aura berbeda. Sengaja aku hari ini datang lebih pagi karena aku ingin segera bertemu dengan Dina dan menjelaskan semuanya sama dia. Sampai depan kelas ternyata Dina sudah ada disana.
“Din, aku mohon kamu dengerin dulu penjelasan aku, jangan dipotong sebelum aku selesai bicara. Din, dengerin aku nggak ada apa-apa sama Anton. Aku berani bersumpah kalau aku nggak pacaran sama dia, lagian kaamu tahu sendiri kan kalau dia itu bukan tipe aku banget selain itu aku nggak mungkin ngerebut pacar sahabat aku, kamu percaya kan? Aku minta maaf ya” jelasku panjang lebar.
“Iya aku percaya sama kamu kita itu sahabatan sudah 5 tahun masa bisa rusak Cuma gara-gara laki-laki. Iya aku maafin kamu aku juga minta maaf karena kemarin sempet marah”
“Alhamdulilah...”
            Hari ini aku pulang lebih awal ‘masalah yang satu udah selesai tinggal satu masalah lagi’ batinku. Tak terasa sudah waktunya bertatap muka dengan Allah lagi,maghrib. Segera kuambil air wudhu dan berangkat ke masjid. Aku menunggu dia di halaman masjid sampai iqomah berkumandang dia belum juga muncul. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam.
            Diperjalanan pulang aku melamun memikirkan sajadah ini. Tiba-tiba ada seseorang yang menyapaku,
“Assalamu’alaikum” aku bengong untuk beberapa detik.’kapan dia berdiri disampingku?’
“Wa’alaikumsalam”jawabku agak salah tingkah. Subhanallah dia santun sekali, sebenarnya kau sudah tertarik sama laki-laki ini sejak malam itu tapi aku nggak punya keberanian untukbberkenalan lebih dulu.
“Mbak kok bengong,mikirin sesuatu ya? Tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Nggak kok,eh..maksudnya..iya. iya aku mikirin sesuatu. Tentang sajadah ini kamu nggak merasa ada yang ganjil dengan sajadah yamg kamu bawa?” jelasku.
“Iya sih, kemarin waku saya pakai shalat saya seperti mencium parfum yang bukan milik saya, apa jangan-jangan..”
“Sajadah kita tertukar” ucap kami hampir bersamaan, kami tertawa.
“ Kok bisa ya..ini punya kamu” kami saling tukar sajadah.
“Eh, ngomong-ngomong kita udah akrab gini tapi aku belum tau nama kamu ya?” tanyanya.
“Nayla”jawabku sambil menelangkupkan tangan didepan dada.
“Edo, salam kenal” dia melakukan hal yang sama sepertiku.
            Sejak hari itu hubungan kami jadi semakin dekat. Dan sampai tiba waktunya Edo berjanji padaku bahwa selesai kuliah nanti dia akan melamarku. Alhamdulilah..janji Allah memang benar-benar nyata usahaku selama ini untuk menjaga diri dari yang namanya pacaran berbuah manis Allah juga memberikan calon suami yang belum pernah pacaran untukku.

TAMAT