Cinta
Merpati
“Marco!!”
terdengar suara mama membangunkanku. Tapi aku tidak gentar, sekalipun suara
mama bisa terdengar sampai ke ujung jalan kompleks rumahku. Mama memang benci
sama kebiasaanku yang satu ini. Susah bangun. Ya, kenalin namaku Marco tanpa nama
belakang singkat, padat,jelas, dan ‘penuh makna’ katanya. Aku baru lulus SD
tahun kemarin dan sekarang aku sudah resmi menjadi anak SMP. Aku suka dengan
duniaku saat ini, dunia remaja yang penuh fantasi, lebih tepatnya fantasi
asmara. Sekolahku termasuk salah satu sekolah favorit dikotaku, dan aku aktif
ikut pramuka disana.
“Marco!ayo
cepat bangun!” ternyata mama sudah masuk ke kamarku dan menarik selimutku
supaya aku cepat bangun.
“Aduh
ma, ini kan hari minggu biarlah anakmu ini bangun agak siangan dikit,” erangku.
“Nggak
bisa pokoknya kamu harus bangun. Tuh..kamu nggak malu sama Binar, dia udah
nungguin kamu dari tadi”. Mendengar nama itu aku langsung bangun. Aku baru
ingat kalau hari ini ada jadwal renang.
“Astaga,
aku lupa hari ini kan jadwal aku renang ma, ya udah aku mandi dulu mama tolong
bilangin ke Binar dulu ya” aku mendorong mamaku lembut supaya cepat keluar.
“Hei
Bi, sori lama gue lupa kalau hari ini ada renang” kataku sambil nyengir.
“Dasar
kebiasaan. Yuk berangkat” jawabnya.
Binar. Dia adalah sahabatku sejak SD
dan kebetulan kami juga satu tempat kursus renang. Kami sudah sangat dekat,
bahkan saking dekatnya sampai banyak yang ngira kalau kami pacaran. Aku akui
kalau dia itu cantik, tinggi, putih, pintar pokoknya almost perfect
deh, tapi anehnya aku nggak tertarik sama sekali ke dia karena aku sudah nyaman
bersahabat dengannya. Kami juga satu sekolah lagi di SMP dan juga satu ekstra.
Dan hal itu semakin menambah kedekatanku dengan dia dan semakin banyak pula yang
ngira kalau aku pacaran sama Binar.
Pukul 3 sore aku pulang dari renang,
rasanya badanku seperti habis ditinju Chris John. Aku rebahkan sebentar
tubuhku, lalu aku beranjak mengerjakan tugas. Di tengah-tengah mengerjakan
tugas aku ingat informasi dari teman-temanku tentang seseorang yang suka sama
aku. Mereka bilang kalau dia cemburu melihat kedekatanku dengan Binar dan katanya
dia juga sering menangis karena hal itu. Tapi aku belum tahu persis dia yang
mana padahal dia satu ekstra denganku. Awalnya aku tidak merespon hal ini tapi
aku salut dengan perjuangannya untuk mendekatiku walaupun tidak secara langsung.
Bayangin saja 1 tahun usaha dia mendekatiku,sepertinya dia bener-bener suka
sama aku karena belum pernah ada cewek yang melakukan ini padaku. ‘ok, besuk
aku akan mencari tahu kebenaran semua ini’ tekadku dalam hati.
Entah mengapa hari ini aku semangat
berangkat sekolah, sampai-sampai mama dan papa juga tertegun melihat sikapku
karena baru kali ini aku bisa bangun sendiri tanpa teriakkan mama.
“Pagi
ma,pa” sapaku ketika di ruang makan.
“Tumben
bisa bangun sendiri” jawab mama.
“Mama
gimana sih, anaknya berubah bukannya seneng malah diledek” sambung papa.
“Iya,
bener tuh pa” sahutku.
“Iya
iya, Alhamdulilah. Udah cepat sarapan” kata mama.
Setelah sarapan aku segera mengambil
motorku di garasi dan berangkat ke sekolah. Selain karena rencanaku ini
sebenarnya hari ini aku juga menjadi pemimpin upacara jadi aku harus berangkat
lebih awal dari biasanya. Diperjalanan tiba-tiba saja aku kepikiran lagi
tentang cewek itu dan aku semakin penasaran. Tanpa kusadari aku mengendarai motorku
terlalu kencang gara-gara kepikiran hal itu ,dan jadilah sekarang aku didepan
kelas ditemani kicauan burung dan penjaga sekolahku, ya hari ini aku menjadi
siswa pertama yang menginjakkan kaki di sekolah, lebih jelasnya aku berangkat
kepagian. Sama seperti mama temen-temenku juga kaget meihat aku telah di dalam
kelas. Dan aku hanya menanggapinya dengan cengiran. Upacara dimulai pukul 7,
dan pagi ini aku menjadi pusat perhatian karena ini adalah pengalaman pertamaku
menjadi pemimpin upacara di sekolah baruku. Setelah upacara selesai ada
seseorang yang memanggilku.
“Co!!”
ternyata Edo yang memanggilku
“Ada
apa?”
“Nanti
pulang sekolah ada latihan, tolong kamu beritahu Binar juga ya” jelasnya
“Siap,
eh itu dia. Bi!!” teriakku
“Ada
apa?”
“Nanti
pulang sekolah kita ada latihan pramuka” kataku.
“Oh,
ok. Ya udah gue ke kelas dulu ya”
Setelah
Binar pergi aku baru ingat rencanaku.
“Ya
udah kalau gitu gue juga mau ke kelas” pamit Edo
“Eh..Do
tunggu dulu gue ada perlu sama lo” Edo pun tidak jadi pergi, kami mencari
tempat yang teduh untuk bicara, ada waktu 15 menit sebelum pelajaran pertama
dimulai.
“Begini
Do,lo kan pernah bilang kalau ada seseorang yang suka sama gue siapa namanya, Li..Li..Li..”
“Lisa”
sahut Edo
“Ya
Lisa.terus lo juga bilang kalau dia sering cemburu dan nangis kalau lihat gue
sama Binar,”
“Iya,
terus...sebenarnya yang mau lo omongin itu apa?? Cepetan ini udah mau masuk”
potong Edo
“Nanti
lo tunjukkin sama gue yang mana anaknya, gue mau telusuri kebenaran semua ini”
“Yaelah
Co..timbang lo mau ngomong gitu aja kayak mau ngrencanain pembunuhan. Muka lo
biasa aja kali nggak usah serius gitu.Iya..iya..ntar gue bantu, ya udah gue ke
kelas dulu”
“Hehe,
ok thanks ya”. Kami masuk ke kelas masing-masing dan mulai pelajaran.
Teeettt
......
Bel
pulang sekolah berbunyi. Setelah Bu Muji keluar dari kelas aku segera menuju ke
sanggar tempat dimana latihan pramuka nanti dilaksanakan. Ternyata disana sudah
ada Binar.
“Bi
lo udah lama?” sapaku
“Belum,
yang lain mana?”
“Tuh,
“aku menunjuk ke arah Edo, Siska,Rere,Nina,Pandu dan Gilang yang sedang
berjalan kearah kami.
“Ehem..kompak
banget sih,” goda Siska. Tapi aku milih nggak meresponnya.
5
menit kemudian anggotanya sudah lengkap dan latihanpun dimulai. Selama latihan
aku merasa ada seseorang yang memperhatikanku dan tepat saat aku menoleh ke
samping kananku ada seorang cewek yang tertangkap basah sedang memandang
kearahku. ‘Apa dia ya orangnya?’ tanyaku dalam hati. Setelah latihan selesai
aku segera menghampiri Edo dan menagih janjinya untuk membantuku.
“Do,
yang mana anaknya?” tanyaku tidak sabar
“Tuh,
yang pake kardigan” kata Edo tanpa menunjuk siapapun.dan yang benar saja Marco
kaget bukan kepalang, ternyata benar dugaan Marco ‘itukan cewek yang tadi
merhatiin aku’ batinnya.
“Lo,
punya nomor hp dia nggak” tanyaku.
“Ada,
kenapa lo minta?”
“Iya,
nanti pulang sekolah lo kirimin ke gue ya?” pintaku.
“Siip,
lo juga naksir sama dia ya? Terus si Binar mau lo kemanain?” tanya Edo.
“Astaga
gue harus bilang berapa kali sih sama lo supaya lo percaya kalau gue sama Binar
itu Cuma S.A.H.A.B.A.T “ jawabku kesal dan memberikan tekanan pada kata
sahabat.
“Hahahaha,
iya iya gitu aja pake otot, ya udah sukses ya buat PDKT nya” ucapnya.
“Lagian
lo, udah dibilangin nggak ada apa-apa masih aja... hiiihh gue jitak juga lo”
aku menjitak kepalanya. Aku memang sangat dekat dengan Edo, dia anaknya asyik
walaupun agak nakal tapi aku nyaman berteman dengannya.
Setelah pulang sekolah aku segera
mandi dan langsung makan. Selesai makan aku istirahat sebentar di gazebo sambil
terus memegang hp. Dari tadi aku memutar-mutar hpku diatas meja, menunggu sms
dari Edo. 5 menit kemudian ada pesan masuk yang tentu saja dari Edo, aku
langsung menyimpan nomor itu dan mengirimkan pesan.
To:
Lisa
Assalamu’alaikum,
apa benar ini nomornya Lisa?
1 menit..2
menit..3menit.. drrrrttt hpku bergetar segera kubuka pesan yang masuk.
To:
Marco
Wa’alaikumsalam,
iya ni siapa?
Aku benar-benar
gugup, aku nggak tahu kenapa aku
gugup.apa mungkin aku juga suka sama Lisa?
To: Lisa
Aku Marco,
sebelumnya aku minta maaf karna udah ganggu waktu kamu. Aku mau tanya apa benar
kalau selama ini kamu suka sama aku?
To: Marco
Iya, sebenarnya
aku sudah suka sama kamu saat pertama kali kita ikut pramuka, tapi sayangnya
kamu nggak menyadari keberadaanku.
To: Lisa
Oh, ternyata
seperti itu. kalau soal cuek aku minta maaf. Tapi ya inilah aku. Kalau gitu
salam kenal ya..
To:Marco
Oh, begitu. Tapi
kita sms an kayak gini apa Binar nggak marah?
To: Lisa
Kalau soal itu,
aku sama binar itu cuma sahabat, kami dekat dari kecil. Jadi kalaupun kami
dekat ya cuma sebagai sahabat nggak lebih. Jadi gimana nih, salam kenalku nggak
di balas?
To: Marco
Hehe, Salam
kenal..
Semenjak hari itu aku dan Lisa
semakin dekat, hampir tiap hari kita SMS an. Dia selalu memberikan perhatiannya
padaku walaupun aku masih tetap saja cuek seperti biasanya. Dia tidak pernah
putus asa, selalu ada saja topik yang dia bahas ketika kami SMS an. Dia selalu
mencari cara supaya aku nggak bosan dan nggak cuek sama dia. Bahkan tidak
jarang dia yang lebih dulu SMS aku. Aku memang gengsi kalau masalah seperti
itu, aku jarang SMS dia dulu. Lama-kelamaan aku luluh juga dengan perhatiannya.
Setelah aku pikir-pikir tidak ada cewek yang bisa sesabar ini menghadapi aku.
Kelas 8 aku dan Lisa resmi jadian. Ternyata pacaran itu tidak semudah yang
kubayangkan. Lisa masih saja sering menangis kalau cemburu denganku. Dia marah
kalau melihat aku sedang bersama Binar
padahal kami tidak hanya berdua tapi ada temen-temen juga. Sebenarnya aku capek
harus menjelaskan lagi, lagi, dan lagi ke dia kalau aku sama Binar tidak ada
apa-apa, tapi ketika rasa capek menghadapi rasa cemburunya itu datang aku ingat
akan usaha dan kesabarannya mendekatiku, jadilah hatiku luluh lagi.
Tidak terasa UN sudah didepan mata
dan hari ini rapot semester satu kelas 9 dibagikan. Aku was-was menanti hasil
ulanganku. Setelah papaku keluar dari ruangan aku segera menghampirinya dan
menanyakan hasil belajarku.
“Ada
apa denganmu,llihat nilaimu banyak yang merah” kata papa kecewa
“Maaf
pa, aku janji akan memperbaiki nilaiku” jawabku penuh dengan penyesalan.
“Ya
udah, papa pulang dulu. Nanti pulangnya jangan sore-sore ada yang papa mau
omongin sama kamu” kata papa serius.
“Iya
pa”
Setelah menerima rapot aku dan Lisa
selalu bertemu dulu di sebuah Coffe Shop tidak jauh dari sekolahku. Kami selalu
mengevaluasi hasil belajar kami.
“Gimana
rapotmu?” tanyaku setelah memesan coklat panas.
“Tidak
lebih baik dari semester lalu. Kamu gimana?”
“Sama.
Sepertinya kita harus mengurangi frekuensi komunikasi kita” kataku. Aku tahu
Lisa berat untuk mengatakan ‘ya’, sebenarnya aku juga berat tapi mau gimana
lagi? Aku nggak mau nilai UN ku jelek dan mengecewakan keluargaku, aku yakin
Lisa juga punya pikiran yang sama denganku.
“Gimana,
kamu setuju kan?” tanyaku
“Haahh,
ya apa boleh buat tidak ada jalan lain” Lisa menarik napas panjang.
Rencana kami untuk mengurangi
frekuensi komunikasi kami memang berjalan lancar tapi itu hanya diawal-awal
saja,setelah beberapa pekan kami kembali berkomunikasi seperti biasanya lagi.
Tapi alhamdulilah hasil UN kami memuaskan. Tapi masalah kami tidak berhenti
disini. Kami tidak siap untuk LDR, jadi kami berusaha agar tetap bisa satu SMA.
Sebelum UN dilaksanakan aku sudah mengikuti tes di SMA yang aku inginkan dan
ternyata aku diterima di kelas unggulan. Sedangkan Lisa tidak yakin dia bisa
diterima di SMA yang sama denganku lewat jalur reguler. Tapi aku selalu
memberikan semangat padanya.
To:
Marco
Assalamu’alaikum,
Co..aku nggak yakin kalau aku bisa diterima di SMA Harapan L
To:Lisa
Wa’alaikumsalam,
Bisa. Aku yakin kamu bisa Sa..
To:
Marco
Makasih
ya support nya
To:
Lisa
Iya,
sama-sama. Udah kamu belajar sana biar besuk bisa ngerjain soal tesnya.
Semangat!!! J
To:
Marco
L,J
Hari ini adalah hari dimana hasil
tes masuk di SMA Harapan akan diumumkan aku benar-benar deg-deg an menanti
berita dari Lisa. Sejak bangun tidur tadi aku nggak pernah sekalipun
meninggalkan hpku, kemanapun aku pergi selalu kubawa walaupun hanya ke dapur,
taman depan, gazebo belakang rumah.
Drrttt, hpku
bergetar segera kubuka pesan yang masuk
To: Marco
Alhamdulilah....aku
diterima J
Aku hampir saja
meneteskan air mata ketika membaca sms dari Lisa. Lega sekali
rasanya,haaaahh...
To: Lisa
Alhamdulilah, aku
yakin kamu bisa melakukannya dengan baik. Dan sekarang terbukti J
selamat ya..
To: Marco
Iya, makasih..
To: Lisa
Makasih untuk
apa?
To: Marco
Untuk semuanya,
untuk support kamu, untuk perhatian kamu, untuk kesabaran kamu,pokoknya
semuanya
To: Lisa
Sama-sama
Dan disinilah kami sekarang, menjadi
peserta didik baru di SMA Harapan, kami berada di kelas yang berbeda. Aku
menikmati masa-masa SMA ku dengan sangat baik dan hubunganku dengan Lisa masih
tetap berjalan. Walaupun dia masih saja cemburu dengan siapapun yang dekat sama
aku, padahal teman cowok yang dekat sama dia juga banyak. Tapi aku tidak peduli
akan hal itu karena aku yakin dia tidak akan pernah meninggalkan aku untuk
orang lain. Aku tahu masih banyak cewek diluar sana yang lebih cantik dari
Lisa, tapi hatiku tidak akan pernah bisa tergoyahkan akan hal itu. Aku sendiri
juga bingung mengapa hatiku sepeti ini tapi yang jelas hatiku sudah benar-benar
mati rasa. Aku tidak peduli apa kata orang, aku tidak peduli kalau ada yang
lebih cantik darinya, yang aku perlukan hanyalah kesetiaan ,perhatian, dan
inilah satu hal yang membuat aku luluh, usaha dan kesabarannya dalam merebut
hatiku. Sepertinya masa-masa SMA ku akan benar-benar menjadi masa yang paling
indah seperti yang dikatakan orang-orang diluar sana. Manusia memang hanya bisa
berusaha dan berdo’a dan Allah yang menentukan hasilnya. Begitu juga cinta
kami.
0 komentar:
Posting Komentar