Rabu, 28 Januari 2015

Cerpen Remaja

Sajadah yang Tertukar

            Sudah sejak 3 jam yang lalu aku duduk termenung di gazebo belakang rumah. Gara-gara kepikiran sama masalah di sekolah tadi, semua jadwalku jadi berantakan. Kursus kimia yang biasanya selalu aku tunggu-tunggu tadi jadi terasa hambar. Itu semua gara-gara si biang kerok Anita yang nyebarin gosip di sekolah kalau aku pacaran sama cowoknya Dina yang notabene adalah sahabatku sendiri. Ya jelaslah Dina langsung marah padaku, pasti sekarang dia berfikir kalau aku ini pengkhianat.’Allahu Akbar... Allahu Akbar....’ suara adzan membuyarkan lamunanku. Aku segera ambil air wudhu dan menuju ke masjid. Bagiku masjid adalah tempat yang bisa menyejukkan hati,disana aku bisa mengadu kepada Allah tentang semua masalahku dan minta petunjukNya. Pokoknya kalau sudah menginjakkan kaki di masjid rasanya sulit untuk dijelaskan. Saat aku menuju pintu masuk untuk perempuan tiba-tiba ada seorang nenek yang jatuh,reflek aku lempar sajadahku di lantai dan berlari untuk menolong nenek itu. Dan tidak disangka ada laki-laki yang juga ikut menolong  nenek itu. Kami berdua membantu nenek untuk berdiri.
“Nenek nggak papa kan?”tanya kami berdua hampir bersamaan.
“Iya nak nenek nggak papa, makasih ya. Kalian kok kompak banget?kayaknya cocok” goda sang nenek.
“Nenek bisa saja, itu kan Cuma kebetulan. Ayo kita masuk nek”jawabku salah tingakah.
Aku segera mengambil sajadah yang tadi kulempar begitu saja. Setelah sampai disana aku bingung ‘loh kok sajadahnya ada dua, sama persis lagi. Trus punyaku yang mana?’tanyaku dalam hati. Dan kebingunganku semakin bertambah ketika laki-laki tadi mendekat kearahku. ‘Aduh apa aku tadi berbuat salah ya sama dia?’batinku.
“Permisi mbak saya mau ngambil sajadah. Eh..kok sama, sajadah mbak yang mana?”
“Em...yang ini”aku menunujuk salah satu sajadah yang aku sendiri tidak yakin kalau itu sajadahku, lalu aku segera berlalu.
            Jam menunjukkan pukul 21.20 WIB tapi aku masih belum bisa tidur. Masalah di sekolah tadi benar- benar menyita waktuku. Pokoknya besok aku harus menjelaskan semuanya sama Dina, tekadku dalam hati. Lalu aku mencoba untuk memejamkan mata, tapi malah kebayang sama laki-laki tadi. Reflek aku bangun dan mengambil sajadah tadi. Ada keganjalan dihatiku, rasanya aku familiar sama parfum ini tapi aku kan nggak punya parfum seperti ini. Lantas milik siapa? Aku mencoba mengingat,dan....
“Astaghfirllah ini pasti tertukar sama milik dia. Aduh bagaimana ini, gimana kalau dia besok nggak kemasjid?trus aku giamna ngebalikinnya?”berbagai pertanyaan menyerbu otakku.
“Semoga besok dia datang”. Aku terlelap pukul 01.00 WIB.
            Pagi ini aku merasakan aura berbeda. Sengaja aku hari ini datang lebih pagi karena aku ingin segera bertemu dengan Dina dan menjelaskan semuanya sama dia. Sampai depan kelas ternyata Dina sudah ada disana.
“Din, aku mohon kamu dengerin dulu penjelasan aku, jangan dipotong sebelum aku selesai bicara. Din, dengerin aku nggak ada apa-apa sama Anton. Aku berani bersumpah kalau aku nggak pacaran sama dia, lagian kaamu tahu sendiri kan kalau dia itu bukan tipe aku banget selain itu aku nggak mungkin ngerebut pacar sahabat aku, kamu percaya kan? Aku minta maaf ya” jelasku panjang lebar.
“Iya aku percaya sama kamu kita itu sahabatan sudah 5 tahun masa bisa rusak Cuma gara-gara laki-laki. Iya aku maafin kamu aku juga minta maaf karena kemarin sempet marah”
“Alhamdulilah...”
            Hari ini aku pulang lebih awal ‘masalah yang satu udah selesai tinggal satu masalah lagi’ batinku. Tak terasa sudah waktunya bertatap muka dengan Allah lagi,maghrib. Segera kuambil air wudhu dan berangkat ke masjid. Aku menunggu dia di halaman masjid sampai iqomah berkumandang dia belum juga muncul. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam.
            Diperjalanan pulang aku melamun memikirkan sajadah ini. Tiba-tiba ada seseorang yang menyapaku,
“Assalamu’alaikum” aku bengong untuk beberapa detik.’kapan dia berdiri disampingku?’
“Wa’alaikumsalam”jawabku agak salah tingkah. Subhanallah dia santun sekali, sebenarnya kau sudah tertarik sama laki-laki ini sejak malam itu tapi aku nggak punya keberanian untukbberkenalan lebih dulu.
“Mbak kok bengong,mikirin sesuatu ya? Tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Nggak kok,eh..maksudnya..iya. iya aku mikirin sesuatu. Tentang sajadah ini kamu nggak merasa ada yang ganjil dengan sajadah yamg kamu bawa?” jelasku.
“Iya sih, kemarin waku saya pakai shalat saya seperti mencium parfum yang bukan milik saya, apa jangan-jangan..”
“Sajadah kita tertukar” ucap kami hampir bersamaan, kami tertawa.
“ Kok bisa ya..ini punya kamu” kami saling tukar sajadah.
“Eh, ngomong-ngomong kita udah akrab gini tapi aku belum tau nama kamu ya?” tanyanya.
“Nayla”jawabku sambil menelangkupkan tangan didepan dada.
“Edo, salam kenal” dia melakukan hal yang sama sepertiku.
            Sejak hari itu hubungan kami jadi semakin dekat. Dan sampai tiba waktunya Edo berjanji padaku bahwa selesai kuliah nanti dia akan melamarku. Alhamdulilah..janji Allah memang benar-benar nyata usahaku selama ini untuk menjaga diri dari yang namanya pacaran berbuah manis Allah juga memberikan calon suami yang belum pernah pacaran untukku.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar