Sajadah yang
Tertukar
Sudah sejak 3 jam
yang lalu aku duduk termenung di gazebo belakang rumah. Gara-gara kepikiran
sama masalah di sekolah tadi, semua jadwalku jadi berantakan. Kursus kimia yang
biasanya selalu aku tunggu-tunggu tadi jadi terasa hambar. Itu semua gara-gara
si biang kerok Anita yang nyebarin gosip di sekolah kalau aku pacaran sama
cowoknya Dina yang notabene adalah sahabatku sendiri. Ya jelaslah Dina langsung
marah padaku, pasti sekarang dia berfikir kalau aku ini pengkhianat.’Allahu Akbar...
Allahu Akbar....’ suara adzan membuyarkan lamunanku. Aku segera ambil air wudhu
dan menuju ke masjid. Bagiku masjid adalah tempat yang bisa menyejukkan
hati,disana aku bisa mengadu kepada Allah tentang semua masalahku dan minta
petunjukNya. Pokoknya kalau sudah menginjakkan kaki di masjid rasanya sulit
untuk dijelaskan. Saat aku menuju pintu masuk untuk perempuan tiba-tiba ada
seorang nenek yang jatuh,reflek aku lempar sajadahku di lantai dan berlari
untuk menolong nenek itu. Dan tidak disangka ada laki-laki yang juga ikut
menolong nenek itu. Kami berdua membantu
nenek untuk berdiri.
“Nenek nggak papa kan?”tanya kami berdua hampir bersamaan.
“Iya nak nenek nggak papa, makasih ya. Kalian kok kompak banget?kayaknya
cocok” goda sang nenek.
“Nenek bisa saja, itu kan Cuma kebetulan. Ayo kita masuk
nek”jawabku salah tingakah.
Aku segera mengambil sajadah yang tadi kulempar begitu saja.
Setelah sampai disana aku bingung ‘loh kok sajadahnya ada dua, sama persis
lagi. Trus punyaku yang mana?’tanyaku dalam hati. Dan kebingunganku semakin
bertambah ketika laki-laki tadi mendekat kearahku. ‘Aduh apa aku tadi berbuat
salah ya sama dia?’batinku.
“Permisi mbak saya mau ngambil sajadah. Eh..kok sama, sajadah mbak
yang mana?”
“Em...yang ini”aku menunujuk salah satu sajadah yang aku sendiri
tidak yakin kalau itu sajadahku, lalu aku segera berlalu.
Jam menunjukkan
pukul 21.20 WIB tapi aku masih belum bisa tidur. Masalah di sekolah tadi benar-
benar menyita waktuku. Pokoknya besok aku harus menjelaskan semuanya sama Dina,
tekadku dalam hati. Lalu aku mencoba untuk memejamkan mata, tapi malah kebayang
sama laki-laki tadi. Reflek aku bangun dan mengambil sajadah tadi. Ada
keganjalan dihatiku, rasanya aku familiar sama parfum ini tapi aku kan nggak
punya parfum seperti ini. Lantas milik siapa? Aku mencoba mengingat,dan....
“Astaghfirllah ini pasti tertukar sama milik dia. Aduh bagaimana
ini, gimana kalau dia besok nggak kemasjid?trus aku giamna
ngebalikinnya?”berbagai pertanyaan menyerbu otakku.
“Semoga besok dia datang”. Aku terlelap pukul 01.00 WIB.
Pagi ini aku
merasakan aura berbeda. Sengaja aku hari ini datang lebih pagi karena aku ingin
segera bertemu dengan Dina dan menjelaskan semuanya sama dia. Sampai depan
kelas ternyata Dina sudah ada disana.
“Din, aku mohon kamu dengerin dulu penjelasan aku, jangan dipotong
sebelum aku selesai bicara. Din, dengerin aku nggak ada apa-apa sama Anton. Aku
berani bersumpah kalau aku nggak pacaran sama dia, lagian kaamu tahu sendiri
kan kalau dia itu bukan tipe aku banget selain itu aku nggak mungkin ngerebut
pacar sahabat aku, kamu percaya kan? Aku minta maaf ya” jelasku panjang lebar.
“Iya aku percaya sama kamu kita itu sahabatan sudah 5 tahun masa
bisa rusak Cuma gara-gara laki-laki. Iya aku maafin kamu aku juga minta maaf
karena kemarin sempet marah”
“Alhamdulilah...”
Hari ini aku
pulang lebih awal ‘masalah yang satu udah selesai tinggal satu masalah lagi’
batinku. Tak terasa sudah waktunya bertatap muka dengan Allah lagi,maghrib.
Segera kuambil air wudhu dan berangkat ke masjid. Aku menunggu dia di halaman
masjid sampai iqomah berkumandang dia belum juga muncul. Akhirnya aku
memutuskan untuk masuk ke dalam.
Diperjalanan
pulang aku melamun memikirkan sajadah ini. Tiba-tiba ada seseorang yang
menyapaku,
“Assalamu’alaikum” aku bengong untuk beberapa detik.’kapan dia
berdiri disampingku?’
“Wa’alaikumsalam”jawabku agak salah tingkah. Subhanallah dia
santun sekali, sebenarnya kau sudah tertarik sama laki-laki ini sejak malam itu
tapi aku nggak punya keberanian untukbberkenalan lebih dulu.
“Mbak kok bengong,mikirin sesuatu ya? Tanyanya membuyarkan
lamunanku.
“Nggak kok,eh..maksudnya..iya. iya aku mikirin sesuatu. Tentang
sajadah ini kamu nggak merasa ada yang ganjil dengan sajadah yamg kamu bawa?”
jelasku.
“Iya sih, kemarin waku saya pakai shalat saya seperti mencium
parfum yang bukan milik saya, apa jangan-jangan..”
“Sajadah kita tertukar” ucap kami hampir bersamaan, kami tertawa.
“ Kok bisa ya..ini punya kamu” kami saling tukar sajadah.
“Eh, ngomong-ngomong kita udah akrab gini tapi aku belum tau nama
kamu ya?” tanyanya.
“Nayla”jawabku sambil menelangkupkan tangan didepan dada.
“Edo, salam kenal” dia melakukan hal yang sama sepertiku.
Sejak hari itu
hubungan kami jadi semakin dekat. Dan sampai tiba waktunya Edo berjanji padaku
bahwa selesai kuliah nanti dia akan melamarku. Alhamdulilah..janji Allah memang
benar-benar nyata usahaku selama ini untuk menjaga diri dari yang namanya
pacaran berbuah manis Allah juga memberikan calon suami yang belum pernah pacaran
untukku.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar